Kolom antaranews.com
Ya. Bahasa membentuk dunia, tidak mencerminkannya. Bahasa tak lagi sekadar alat menyampaikan kabar, pesan, informasi. Bahasa adalah pesan itu sendiri. Bahasa dapat menyampaikan peristiwa konflik secara damai (membentuk dunia yang damai) atau secara penuh kebencian (menciptakan dunia yang saling bermusuhan). Roger Fowler, dosen bahasa di Universitas East Anglia, mengingatkan para mahasiswanya, pembaca media, dan juga para jurnalis, bahwa “Language can shape, rather than mirror, the world”.
Fowler memang melakukan studi yang cukup intens tentang bagaimana bahasa digunakan oleh media massa untuk membangun gagasan dan kepercayaan. “Language is not neutral, but a highly constructive mediator,” katanya dalam pengantar bukunya Language in the News, Discourse and Ideology in the Press (1991). Sebetulnya studi ini bukan hal baru di kalangan linguist (ahli linguistik). Noam Chomsky sudah lama menyoroti bagaimana media membelokkan makna sebenarnya dari realita, bagaimana media dipenuhi agenda setting dari para pemiliknya, dan bagaimana media –melalui bahasa yang digunakan- dapat menyesatkan pengetahuan atau opini publik (misleading). Baca pos ini lebih lanjut